Kenapa Ada Orang yang Kasar, Kejam, dan Pendendam?
Di sepanjang hidup kita, pasti akan ada orang kasar, kejam dan juga pendendam yang akan kita temui.
Seperti halnya saya, anda mungkin pernah diejek, digosipkan, diteriaki, dipukul, difitnah, dipojokkan, diintimidasi, dihukum secara tidak adil, dan reaksi anda mungkin adalah, "KENAPA?"
Kenapa manusia sangat kejam terhadap anda dan saling melakukan kekejaman satu sama lain? Mengapa beberapa orang menikmati bertingkah laku jahat dan melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak baik?
Apabila anda seperti kebanyakan orang, jawaban anda mungkin adalah, "Karena mereka adalah orang yang jahat.", "Karena mereka adalah psikopat/sociopat", "Karena mereka kejam", "Karena memang ada orang yang sudah dari sana-nya seperti itu!"
Dengan jawaban-jawaban yang normal dan tersebar luas ini, terselip jawaban dua dimensi yang berpandangan sempit.
Meskipun jawaban-jawaban ini akan memuaskan 'anak kecil' dari dalam diri kita, sudah saatnya kita mengerti lebih baik akan alasan mengapa 'orang jahat berperilaku jahat."
alasan mengapa kita suka dijahati oleh orang lain
Anda sedang bercakap-cakap dengan seseorang, dan tanpa anda sadari, anda mengatakan hal yang menyinggung sehingga membuat orang itu marah kepada anda. Mereka berdiri dengan tegak lalu mengatakan dengan lantang, "Kamu tahu, tiba-tiba aku sadar sesuatu tentang kamu. Kamu betul-betul jahat dan tidak peduli SAMA SEKALI tentang orang lain kecuali DIRIMU SENDIRI. Pantas saja kamu tidak punya teman!"
Lalu, mereka pergi dengan marah.
Bagaimana reaksi anda?
Anda mungkin akan sangat marah dan tidak mengerti akan kemarahan orang itu yang begitu tiba-tiba dan tidak adil, membuat anda bersiap untuk 'menyerang' mereka kembali dengan serangan yang paling kejam yang bisa anda pikirkan.
Atau anda akan memilih untuk duduk, terpaku, memikirkan kembali hal apa yang anda katakan dan kesalahan apa yang anda perbuat hingga anda terselimuti dengan kesedihan secara perlahan.
"Bagaimana bisa dia memperlakukanku secara kejam seperti itu?" Anda mungkin bertanya-tanya. "Apa salahku??"
Lalu anda mungkin akan panas dengan kebencian sepanjang hari, memikirkan hal buruk tentang orang tersebut sepanjang waktu.
Dua reaksi ini merupakan reaksi yang biasa terjadi di antara masyarakat dan saya juga pernah memberikan reaksi ini ketika saya dihadapkan pada permasalahan yang demikian.
Hasil dari terpengaruh akan kata-kata beracun dari orang lain akan sangat menghancurkan keadaan diri kita sendiri.
Namun anda tahu? Sebetulnya manusia diam-diam menyukai rasa marah. Saat pikiran kita teracuni dengan amarah, manusia secara diam-diam menikmati perasaan tersebut.
Saat kita merasa diperlakukan dengan tidak adil, kita cenderung memberikan diri kita sendiri izin untuk menjadi 'korban' dan bukan hanya itu, kita merasa superior selama beberapa saat karena merasa bahwa "Saya benar" dan orang itu "salah".
Seberapa sering anda merasakan amarah untuk orang yang 'jahat' dengan asumsi bahwa anda adalah orang yang 'jauh lebih baik' dari dia?
Mungkin sering.
Kenyataannya adalah, kemarahan bekerja seperti drugs karena bukan hanya kemarahan memberi sensasi yang salah mengenai menjadi orang yang 'lebih baik', dan 'dibolehkan untuk marah' dalam pemahaman kita bahwa diri kita benar, kemarahan juga memberikan ilusi pemisah antara diri kita dan dunia ini (dengan kata lain, kemarahan mengeraskan ego kita).
Hal ini bisa merupakan halangan terbesar untuk melihat kenyataan : ketidakmauan kita untuk melepaskan kemarahan itu sendiri.
Saat kita siap untuk melepas amarah kita dan sekali lagi mau untuk melepaskan segala keuntungan yang akan kita dapatkan, kita akan tahu dan mendapatkan jawaban mengenai pertanyaan, "Mengapa ada orang yang kejam?" dan keuntungan dari mengerti akan hal ini akan didapatkan.
Belajar untuk menyimak kebenaran di balik tabir kelakuan kejam seseorang
Dalam proses menunjuk seseorang sebagai orang yang kejam, kita sebagai manusia cenderung tidak memikirkan mereka sebagai seorang manusia. Tentunya, bisa diperdebatkan bahwa memang ada orang yang "Psikopat" dan juga "Sosiopat" di luar sana yang tidak bisa merasakan empati, namun orang-orang ini (Yang sangat sedikit ada di dalam populasi) juga bukanlah robot.
Kenyataannya, telah ditemukan oleh penelitian bahwa orang-orang yang sadis-pun menderita oleh perasaan ditolak, kemarahan, kesepian, frustasi, depresi dan bentuk lain dari penderitaan emosional. Psikopat juga telah terbukti dapat merasakan empati saat mereka mencoba untuk merasakan hal itu.
Dengan kata lain, saya percaya bahwa orang-orang yang paling kejam di dunia ini bukanlah orang-orang yang 'psikopat' ataupun 'sosiopat', melainkan orang normal yang terluka sangat dalam.
Kita tidak mau ambil pusing untuk mengerti diri mereka karena kita telah terlalu terusik dengan kelakuan mereka, dan mungkin juga terluka oleh kelakuan yang mereka lakukan.
Kita membuat pernyataan seperti, "Lalu kenapa? Semua orang menderita tapi ini bukan alasan untuk kelakuan mereka yang kejam" namun kita harus sadar bahwa hal ini adalah salah satu cara kita untuk membuat/merasa diri kita benar dan dengan demikian, membuat kita terus menderita ke depannya.
Namun demikian, jika anda ingin mengambil dan juga bertanggung jawab untuk hidup anda dan untuk kebahagiaan anda, satu hal yang terpenting untuk dipelajari adalah :
Seluruh perlakuan kejam, jahat, dan juga kekerasan yang dilakukan orang lain, berasal dari rasa sakit/luka mereka sendiri.
Jika anda ingin melihat kenyataan di balik orang-orang yang kejam/kasar, anda harus mengerti kesakitan yang dirasakan orang itu. Anda harus membiarkan diri anda berpikir dan ingin tahu. Anda harus mau membuka pikiran anda. Anda harus mau berempati terhadap orang tersebut.
Mengerti akan rasa sakit yang dirasakan orang lain dapat menghilangkan batas antara "Diri anda" dan "Orang lain". Hal ini mungkin dapat tertuang dalam bentuk masa lalu orang itu, keluarga orang itu, apa yang sebetulnya terjadi sehingga orang tersebut berperilaku demikian.
Pendekatan apapun yang anda ambil, anda akan menemukan sesuatu yang mencengangkan : bahwa kelakuan mereka disebabkan karena rasa sakit yang mereka rasakan.
Rasa sakit itu dapat berupa stres akan kondisi keluarga, tekanan pekerjaan, putus cinta atau perceraian, tragedi, atau sesuatu yang lebih samar seperti depresi, takut akan kegagalan, takut akan dicampakkan, rasa percaya diri yang rendah, rasa panik, atau emosi lain. Saat seseorang tidak mengerti cara untuk menyembuhkan luka mereka, mereka cenderung mengarahkan rasa sakit itu terhadap orang lain. Dan hal ini akan berakibat rasa sakit, dikali dua.
Namun anda bisa menghilangkan siklus rasa sakit ini dan menghentikannya untuk masuk ke dalam pikiran anda, perasaan anda dan juga hidup anda. Cobalah belajar untuk mengerti perasaan seseorang secara emosional untuk menghasilkan hasil terbaik.
***
Lain kali, jika seseorang memperlakukan anda dengan buruk, berhentilah. Biarkan diri anda merasakan rasa marah, namun juga biarkan rasa marah itu pergi. Tanyakan pada diri anda sendiri, "Rasa sakit apa yang dirasakan orang ini sehingga mereka berlaku demikian?"
Lalu biarkan diri anda tumbuh dengan memaafkan mereka dan juga berempati terhadap rasa sakit yang mereka rasakan. Mungkin seseorang akan melakukan hal yang sama untuk anda.
Toh di dunia ini tidak ada orang yang benar-benar suci dari kesalahan.
Silakan tambahkan komentar anda di bawah.
sumber : https://lonerwolf.com/why-are-people-abusive/
Kalau orng yg suka mengolok2 kita itu apakah juga memiliki rasa sakit dalam hatinya?
ReplyDeleteHey hasbi :) ya, saya percaya orang yang suka mengolok-olok kita juga sebenarnya mengalami rasa sakit dan tidak tahu bagaimana cara untuk mengeluarkan rasa sakit itu secara sehat. Mereka mengolok-olok untuk meyakinkan diri mereka sendiri bahwa orang yang diolok-olok itu dibawah mereka/lebih buruk dari mereka, dan dengan demikian, mereka tidak lagi merasa begitu rendah (or so they thought.) demikian semoga membantu :)
DeleteHai gan shella, hai hasby, saya ikut gabung ya.. Salah satu siklus olok2/bullying seperti ini : A lebih lemah dari B, lalu B membully A, suatu ketika A menemukan orang yg lebih lemah dari dia, katakan saja dia C. karena A sudah terlanjur sakit gara2 dibully B, maka A melampiaskan rasa sakit dan amarahnya ke C. Begitupun C apabila menemukan orang yg lebih lemah dari dia. Siklus ini akan terus berjalan kecuali jika mereka (termasuk kita mungkin) mencoba untuk melihat ke dalam diri, dan menjadikan rasa sakit itu sebagai motivasi.
DeleteLalu kenapa terjadi olok2 tadi? Seperti yg udah dijelaskan di artikel sebelumnya, "ego adalah sistem petahanan diri alami yg dimiliki manusia" mungkin kalimat dalam tanda kutip tadi bisa menjelaskan. Cmiiw :)
NB: kata "lemah" mungkin bisa dibilang "lebih rendah derajatnya" "lebih rendah secara fisik" dan lainnya.
betul sekali gan fikri, saya setuju dengan tambahannya. Terkadang siklus itu berjalan tanpa henti dan merambat ke orang-orang 'dibawah' orang yang dibully. Karena itu CUKUP pahami bahwa siklus itu ada dan bulatkan tekad untuk tidak melanjutkan siklus tersebut, kuatkan diri untuk 'be the bigger person' :)
DeleteMakasih atas jawabannya agan fikri dan car rextiza :)
DeleteSama2 belajar om, saya juga baru "bangun" kok :)
Delete