35 Langkah dari Proses Evolusi Jiwa Manusia.
Menurut begitu banyak guru spiritual, seluruh manusia adalah makhluk spiritual yang sedang menjalani pengalaman sebagai manusia. Kita bereinkarnasi sebagai manusia dengan tujuan untuk berevolusi sebagai jiwa.
Tujuan utama kita adalah untuk menjadi sadar secara penuh dan memiliki keberanian untuk mengekspresikan diri, serta menyadari keunikan segala hal yang ada.
Perjalanan ini panjang, tapi tidak apa-apa, karena jiwa kita adalah sesuatu yang abadi.
revolusi jiwa
Perjalanan jiwa adalah proses dari revolusi. Hal ini berarti pertumbuhan dari segi kesadaran, terus-menerus tumbuh melewati tahapan-tahapan tertentu.
Bagaimana cara kita tumbuh dan sadar?
Melalui tantangan-tantangan yang kita hadapi dalam bentuk fisik, menjadi manusia. Hal ini menyebabkan kita terlibat dalam sebuah "pencarian" untuk menemukan kembali diri kita yang utuh.
Tapi kenapa dalam bentuk fisik manusia? Kenapa makhluk spiritual yang sudah begitu bahagia memutuskan untuk masuk ke dalam alam fisik (menjadi manusia) dengan segala limitasi dan kesulitan yang akan dihadapi?
Hal ini terjadi agar kita bisa mengalami kondisi dimana kita bisa memisahkan diri dari yang lain dan segala realita. Hanya dengan memilih jalan inilah kita bisa mengerti diri kita sendiri, memilih kebenaran diri kita dan bukan hanya segumpal energi.
Dilemparkan ke dalam dunia fisik membuat kita memanen pengalaman dan harus menentukan pilihan kita, ini adalah cara kita untuk belajar dan menjadi diri kita yang sesungguhnya.
Dengan kata lain : Pilihan dan percabangan pilihan kita membuat kita belajar pelajaran penting dalam hidup. Anda memilih untuk datang kesini untuk membuat pilihan-pilihan.
35 langkah
Kita ada disini untuk mengenali diri kita sendiri, langkah demi langkah. Dan menurut makhluk spiritual yang biasa dikenal dengan nama malaikat Mikael, ada 35 langkah dari proses reinkarnasi. Tubuh dan kepribadian yang anda miliki sekarang merupakan kendaran yang telah anda pilih untuk langkah terakhir dari perjalanan anda.
Tapi kenapa 35 step? Kenapa bukan 26? Atau 10? Atau 100?
Hal ini karena kita mengalami 5 level utama dari revolusi berdasarkan reinkarnasi. Dan dari setiap level, ada 7 langkah kecil untuk diselesaikan. (Iya, mirip seperti games di komputer.)
5 x 7 = 35.
Setiap step membutuhkan satu lifetime (kehidupan dari lahir sampai mati) untuk diselesaikan. Bahkan, setiap step bisa jadi membutuhkan lebih dari satu lifetime. Biasanya, perjalanan penuh selama 35 langkah itu butuh lebih dari 100 kali kehidupan.
Jadi, mari lihat perjalanan ini lebih dekat. Kita akan mulai dengan 5 langkah utama dari revolusi jiwa melalui reinkarnasi.
lima langkah
- Stage 1: The INFANT Soul (Jiwa bayi)
- Stage 2: The BABY Soul (Jiwa anak-anak)
- Stage 3: The YOUNG Soul (Jiwa muda)
- Stage 4: The MATURE Soul (Jiwa dewasa)
- Stage 5: The OLD Soul (Jiwa tua)
Setiap langkah dari jiwa ini mengambil pelajaran dan pertumbuhan kesadaran dari jiwa secara individual. Seiring dengan berjalanannya jiwa ke langkah yang lebih tinggi, fokus seseorang akan berubah, pengalamannya akan bertambah dan kesadarannya akan melebar.
Langkah dari reinkarnasi (atau usia jiwa ini) bisa juga diibaratkan seperti metamorfosis. Telur - ulat - kupu kupu. Dalam reinkarnasi, yang berubah bukan hanya bentuk fisik melainkan kesadaran, terutama dalam bentuk kesadaran diri - dan sebagai hasilnya - cara kita merelasikan diri kepada orang lain.
karakteristik usia jiwa
Usia jiwa manusia membuat suatu individual berpikir, bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain.
Stage 1 — Jiwa bayi
Jiwa bayi berfokus kepada kebutuhan untuk bertahan hidup. Mereka biasanya memiliki lingkungan yang sederhana, seperti suku pedalaman.
Namun demikian, dalam masyarakat modern mereka dapat dianggap tidak beradab dan bahkan dikatakan psikopat atau memiliki kelainan mental.
Secara psikologis, jiwa bayi adalah jiwa-jiwa yang naif, impulsif dan tidak konvensional, bereaksi tanpa memikirkan akibat atau konsekuensi.
Karena mereka kekurangan pengertian akan kehidupan sosial dan diri sendiri, mereka dapat melakukan hal yang antisosial atau immoral tanpa merasa bersalah. Karena itu, mereka tidak bisa mencocokkan diri dengan masyarakat modern dan berakhir di penjara atau rumah sakit jiwa.
Meskipun mereka kekurangan prinsip moral, sosial dan budaya dari jiwa lain yang lebih tua, jiwa bayi adalah jiwa yang innocent, tidak mempunyai niat tersembunyi atau kepura-puraan.
Stage 2 — Jiwa anak-anak
Berbeda dengan jiwa bayi, jiwa anak-anak memikirkan secara mendetail mengenai salah dan benarnya perilaku mereka. Hidup mereka berputar pada keamanan, kebenaran, struktur dan perintah - secara teguh. Mereka suka hidup di dalam komunitas yang memiliki prinsip yang tinggi dan "beradab" (contohnya adalah kaum Amish)
Jiwa anak-anak dipandang oleh jiwa yang lebih tua sebagai jiwa-jiwa yang sangat konvensional dan tradisional. Kepercayaan dan perilaku mereka berpegang kuat pada peraturan, jadi mereka sangat konservatif (tertutup pada perubahan), tradisional, orthodox, moralis, sangat relijius, dan sangat berhati-hati akan hukum.
Mereka mengatakan bahwa mereka akan menyerah pada bujukan untuk melakukan kesalahan dan melanggar hukum - namun kemudian mereka akan malu pada diri sendiri dan merasa bersalah.
Mereka sangat sadar akan benar dan salah yang dilakukan oleh orang lain, termasuk diri mereka sendiri, dan pengetahuan mereka sangat terbatas mengenai motif dibalik itu.
Perilaku buruk adalah perilaku yang tidak boleh dilakukan dan berdosa. Titik.
Stage 3 — Jiwa Muda
Jiwa muda cenderung ekstrovert, pintar bicara, memiliki kecenderungan untuk bersosialisasi, energetic, kompetitif, politis, ambisius dan individualistik. Pada tahap ini, makhluk yang mengalaminya berpikir dan melakukan segala sesuatu untuk dirinya sendiri, menekankan identitasnya sebagai seorang individual.
Orang berjiwa muda memiliki kecenderungan mementingkan ego, memiliki tujuan meninggalkan bekas di dunia ini. Mereka biasanya ingin mencapai kesuksesan dunia - terkenal, beruntung, kuat dan berkuasa. Bahkan, mereka adalah jiwa-jiwa yang paling takut akan kematian. Dan mereka yang tidak tahu akan kehidupan setelah kematian mungkin mengalami kegelisahan untuk bisa berada di puncak dunia, meninggalkan semacam simbolis abadi untuk diri mereka sendiri.
Jiwa muda berpegang pada opini mereka, dengan keyakinan bahwa perspektif mereka adalah perspektif yang benar, dan jalan mereka adalah jalan terbaik. Mereka sangat sadar akan motif/kepura-puraan yang mereka simpan dan tidak terlalu memikirkannya.
Stage 4 Jiwa Dewasa
Jiwa dewasa biasanya lebih reflektif daripada jiwa muda, dengan pengertian 'diri' yang mulai tumbuh, mulai mengembangkan empati untuk orang lain dan keinginan kuat untuk hidup dalam kemurnian diri. Hidup bukan lagi mengenai membuktikan diri sendiri, melainkan mengenai menemukan hubungan yang tepat dengan apapun dan siapapun.
kesadaran jiwa dewasa bukan lagi berputar pada ego, dengan pendirian yang dilimitasi oleh diri mereka sendiri dan kepentingan mereka sendiri, namun mulai merambat ke perspektif orang lain dan kepentingan orang lain.
Bahkan, sekarang ada semacam perselisihan antara "apa yang aku mau" dan "menghargai apa yang kamu mau", atau antara diri sendiri dan orang lain.
Hal ini membuat hidup mereka jauh lebih kompleks - terkadang sangat sangat kompleks. Di sisi lain, para jiwa dewasa menolak orang-orang yang berpikiran sempit, namun di sisi lain, mereka bisa bersimpati dengan orang tersebut.
Opini yang kaku digantikan dengan perspektif yang berganti-ganti, mereka mulai merasa bahwa "ini semua tergantung pada bagaimana kamu melihatnya".
Kehilangan tanah yang solid untuk berpijak bisa jadi penuh tekanan, namun hal ini mendorong seorang individual untuk mencari kedalaman akan sesuatu dan pengertian akan diri sendiri, baik melalui seni, psikologi, philosopi maupun spiritualitas.
Jiwa dewasa biasanya mempertanyakan semuanya, termasuk kepentingan mereka sendiri.
Mereka biasanya memiliki keinginan dan kebutuhan untuk mencari hal-hal yang berkaitan dengan kejiwaan.
Stage 5 — Jiwa Tua
Para jiwa tua biasanya memiliki kedalaman yang memancar, dengan kebijaksanaan yang cukup jelas. Dalam anak-anak berjiwa tua, hal ini dapat terlihat sangat jelas (bayangkan kepala orang tua yang memiliki tubuh anak kecil). Mereka telah berpindah dari jiwa dewasa yang penuh stres dan konflik, dan hal ini membuat mereka menemukan perasaan damai dan kebebasan diri. Kebebasan untuk menikmati pengalaman sebagai manusia di dunia ini, namun tidak 'termakan' olehnya.
Jika dibandingkan dengan jiwa yang lebih muda, mereka biasanya tenang, terukur, tidak terlihat memiliki masalah dan stabil, tidak terikat pada struktur sosial dan ekspektasi budaya, sangat yakin dengan eksistensi diri mereka sendiri dan kekuatan batin mereka, serta penuh kasih sayang terhadap orang lain.
Di sisi lain, ketika mereka harus hidup di dunia yang penuh konflik, berantakan, superfisial (dangkal) dan penuh ketakutan, hal ini dapat cukup membuat mereka depresi.
Untuk para jiwa tua, tujuan hidup adalah untuk menemukan ekspresi diri dan pemenuhan kebutuhan diri. Karena itu, mereka biasanya berjalan dalam jalan mereka sendiri yang unik, melepaskan segala hal yang seharusnya terjadi tanpa keinginan untuk mengontrol, membuat para jiwa yang lebih muda melihat mereka sebagai orang yang aneh dan eksentrik.
Jiwa tua yang masuk ke dalam tahap-tahap akhir biasanya berpartisipasi secara sadar akan 'keutuhan' dan berfokus pada mengajar kebijaksanaan spiritual dengan penuh kasih sayang.
Note : Deskripsi ini menekankan perbedaan antara tahap-tahap jiwa. Dalam realitasnya, akan ada pencampuran tahap secara perlahan dari satu tahap ke tahap selanjutnya. Contohnya, ketika seseorang sampai pada jiwa dewasa, mereka akan bereaksi dan berperilaku seperti jiwa muda namun dengan elemen-elemen jiwa dewasa yang mulai muncul.
pelajaran dari setiap tahap
Di bawah ini adalah tahap-tahap dari evolusi jiwa melalui reinkarnasi manusia, dengan pengalaman yang akan dipelajari yang diasosiasikan dengan setiap langkah :
Jadi kita akan memulai proses reinkarnasi kita sebagai jiwa bayi, seorang pemula dari eksistensi fisik. Di dalam tahap-tahap pertama, akan ada teror dan ketidaknyamanan, namun kita akan belajar lewat pengalaman dan pilihan-pilihan yang kita ambil. Kita akan berkembang dari jiwa bayi ke jiwa anak ke jiwa muda lalu ke jiwa dewasa. Pada akhirnya, kita akan memasuki tahap kelima sebagai jiwa tua yang sudah tercapai misinya, ekspert dari eksistensi manusia.
Sebagai jiwa bayi kita belajar mengenai pilihan yang harus kita ambil untuk bertahan hidup, jiwa anak-anak berputar pada pilihan mengenai kode moral dan etika, pilihan jiwa muda memiliki hubungan erat dengan pencapaian hidup di dunia material, jiwa dewasa lebih memilih untuk mengelilingi dirinya dengan hubungan yang tepat, dan jiwa tua lebih memilih untuk bersatu dengan alam dan keutuhan dengan pencipta. Seorang jiwa bayi tidak akan mengerti pilihan yang diambil oleh jiwa tua meskipun jiwa tua biasanya bisa mengerti pilihan-pilihan yang diambil oleh jiwa yang lebih muda dari mereka.
Step/level jiwa manusia dalam dunia
Ada enam atau tujuh triliun manusia di seluruh planet dan tentunya terbagi menjadi berbagai umur, namun rata-rata manusia ada di pertengahan level 3 (lihat chart di bawah). Dengan kata lain, dunia ini sekarang banyak didominasi oleh jiwa jiwa muda yang fokus utamanya adalah kompetisi dan pembuktian diri.
Tujuh langkah dalam setiap level
Langkah awal dari setiap level adalah untuk mengalami hidup dan berbagai pengalamannya dalam level baru revolusi ini melalui pelajaran-pelajaran hidup.
Langkah-langkah terakhir adalah mengekspresikan pelajaran tersebut, mendemonstrasikan kesadaran baru yang diangkat dari setiap level.
Contohnya, dalam tahap jiwa muda, tiga langkah awal adalah menemukan arti dari keinginan diri yang bebas dan determinasi diri ; tiga langkah akhir adalah tentang mengaplikasikan kebebasan dan determinasi itu.
Langkah awal dari setiap level dapat diibaratkan seperti mencelupkan kaki ke dalam air di kolam renang, sementara langkah akhir adalah mengajari orang lain untuk berenang.
QUESTIONS AND ANSWERS
kembali ke kehidupan lagi dan lagi terdengar menakutkan. kenapa kita tidak menyerah saja dan berhenti? bisakah aku memutuskan bahwa ini adalah kali terakhir aku datang ke bumi?
Anda tidak bisa melewati satu step pun, dan jiwa anda juga tidak mau (dari perspektif jiwa). Anda tidak akan menyewa sebuah film lalu menekan tombol skip ke bagian paling akhir hanya karena anda menghindari keseluruhan proses menonton kan? Pada dasarnya, ini sama seperti game komputer. Anda memainkannya karena anda mau, dan sebetulnya di beberapa level, anda menyukainya. Anda tahu dengan jelas bahwa untuk bisa sampai pada suatu level, anda harus melewati level di bawahnya. Ini adalah penjelasan logis mengenai game tersebut.
kata siapa?
There’s no tyrannical deity controlling the game, forcing you to keep at it, deciding who gets to “graduate” and who doesn’t. It’s just the natural dynamic of life and the evolution of consciousness. A tadpole cannot suddenly transform into a full-grown frog. A baby human cannot suddenly take on a professional career or family responsibilities. There’s a natural, inevitable sequence to go through. And we’ve all signed up for it.
Tidak ada makhluk tirani yang mengontrol permainan ini, memaksa anda untuk tetap melakukannya, memutuskan siapa yang 'lulus' dan siapa yang tidak. Ini sudah merupakan dinamik kehidupan dan evolusi dari kesadaran. Seekor berudu tidak bisa tiba-tiba berubah menjadi katak dewasa. Seorang bayi manusia tidak bisa tiba-tiba menjalani karir profesional dan mengambil tanggung jawab dalam sebuah keluarga. Hal ini natural, tidak dapat dielakkan. Dan kita semua telah mendaftar untuk melakukannya.
tapi kenapa? untuk apa ini semua?
Dalam pengertian jiwa, semuanya adalah satu, semuanya adalah cinta, dan seluruhnya adalah kebahagiaan. Ini semua sangat baik, tapi pencipta kita ingin mengalami berbagai pengalaman, ingin melewati segalanya dan kaya akan keutuhan hidup.
bagaimana caranya melakukan hal itu?
Dengan cara membagi diri menjadi triliunan dan triliunan makhluk, yang setiap makhluk dapat mengalami pengalaman yang berbeda dan melihat perspektif yang berbeda pula. Berbagai macam makhluk yang dapat memilih pilihannya sendiri.
karena itukah kita ada disini sekarang?
Kita semua telah membuat keputusan ini : menggunakan bentuk manusia sebagai kendaraan kita untuk meraih kesadaran akan esensi jiwa kita dan menyadari betapa kita adalah makhluk yang kuat. Tujuannya adalah untuk mengalami setiap pengalaman yang mungkin dilakukan, yang membuat kita dapat menemukan lebih dalam lagi kesadaran. Kita memulai dari jiwa bayi yang tidak dapat menolong dirinya sendiri, yang merasakan pemisahan eksistensi yang sangat menakutkan. Akan tetapi kita akan berakhir sebagai makhluk yang memiliki kesadaran yang besar, yang bagi manusia adalah eksistensi yang paling ajaib, paling mengagumkan.
Merasa damai dan bebas untuk membagikan cinta kepada sesama dengan keutuhan kehidupan.
sumber : personalspirituality.net
sumber : personalspirituality.net
Tidak seperti jiwa yang lebih muda yang belum sadar atas eksistensi ego dalam dirinya, jiwa dewasa mereka mulai sadar bahwa terkadang ego tidak sejalan dengan pemikiran kita. Disana terkadang ada konflik di dalam diri mereka yang memicu depresi atau stres yang bahkan dapat berpengaruh pada keadaan tubuh fisik. Terutama untuk orang2 yang sudah mulai menemukan kesadarannya, dimana kesadaran mereka berada dalam dimensi yang lebih tinggi, sehingga tubuh fisik mereka belum bisa beradaptasi dengan kesadarannya. Hal itu terkadang dapat memiliki efek samping seperti sakit kepala perkepanjangan, tubuh yang terasa saangat lelah meski tidak beraktifitas, insomnia, dll. Efek samping fisik tersebut merupakan akibat dari konflik di dalam diri dan kesadaran yang mulai tumbuh. Apabila anda atau siapapun mengalami itu, saya rasa dokter tidak akan banyak membantu. Jalan keluarnya ada di dalam diri anda sendiri, PR anda adalah membuat ego yang awalnya mungkin banyak bersebrangan dengan anda, menjadi sejalan dengan anda, dan itu butuh waktu dan proses.
ReplyDeleteSemoga membantu
Fikri
wah ini sungguh menarik, seakan2 diri saya mendapat pencerahan dan rasa ingin tahu saya terpenuhi, terimakasih kepada author :)
ReplyDeleteada yang saya ingin tanyakan apakah mungkin seseorang dapat dapat memiliki lebih dari satu sifat tahapan jiwa ? misalnya memiliki sifat young and mature serta old?
teimakasih
Hi irves
DeleteKalo menurut saya sih mungkin, tapi tergantung orang itu cenderung ke arah mana sifatnya. Biasanya orang yang mengalami itu orang yang berada pada fase akhir atau fase awal tahapan evolusi. Semoga membantu
Iyak Irves, betul kata gan Fikri, peleburan sifat sangat mungkin terjadi di saat2 awal atau akhir dari fase suatu jiwa. Contohnya seorang jiwa dewasa yang baru memasuki fase dewasa, dia tidak akan serta merta menganut karakteristik seorang jiwa dewasa. Dia masih punya karakteristik jiwa muda yang bercampur sedikit dengan jiwa dewasa.
Deletedemikian juga sebaliknya, jiwa dewasa yang berada di penghujung fasenya, bakal punya unsur-unsur jiwa tua yang mulai keliatan. :)
terimakasih agan fikri dan agan rex
DeleteMaaf Ganggu, sesama umat manusia harus saling membantu
ReplyDeletedisini aku ingin memberikan solusi untuk cara mendapatkan
pundi pundi uang untuk menutupi kebutuhan, ini memang NYATA !!!
Silahkan bergabung dengan keberuntungan yang melimpah
di P-O-K-E-R-A-Y-A-M.co dan dapatkan jackpot ratusan juta
Hanya dengan Minimal Deposit 10 ribu akan menjadi Rumah Mewah
info keberuntungan lebih lanjut bbm : D8E5205A
mantap gan, informasinya sangat membantu
ReplyDeleteAne merasa semakin banyak manusia yang awake di tahun 2019 ini . .
ReplyDelete